“Energi Nuklir, Fakta, dan Masa Depan Babel: Percakapan Mendalam Bersama Andri Yanto”

“Energi Nuklir, Fakta, dan Masa Depan Babel: Percakapan Mendalam Bersama Andri Yanto”



Jakarta - *Wawancara Eksklusif*

*“Memahami Tahapan Pembangunan PLTN Thorcon: Regulasi, Fakta, dan Harapan Baru Energi Nasional”*

*Wartawan Jejaring Media KBO Babel bertemu langsung dengan Andri Yanto, penulis opini dan pemerhati isu energi nasional, untuk meluruskan informasi yang beredar mengenai proses perizinan PLTN Thorcon di Bangka Belitung. Berikut petikan lengkap wawancaranya.*

*“Banyak pemberitaan yang keliru memahami regulasi PLTN. Kita perlu luruskan agar publik mendapatkan gambaran yang objektif.” — Andri Yanto*

*Wartawan:*

Mas Andri, opini Anda tentang PLTN Thorcon yang beredar belakangan ini mendapat perhatian publik. Apa yang sebenarnya mendorong Anda menulis tanggapan tersebut?

*Andri Yanto:*

Isu energi nuklir itu sensitif, dan sedikit informasi yang salah bisa berkembang luas. Saya melihat ada pemberitaan yang menyebut Thorcon “belum bisa menunjukkan tiga izin”— *license to design, license to construct,* dan *license to operate*.
Permasalahannya, dalam regulasi Indonesia, istilah-istilah itu *tidak dikenal*. Jadi saya merasa perlu memberi penjelasan. Bukan untuk membela siapa pun, tetapi agar publik memahami *alur perizinan PLTN yang benar menurut BAPETEN*.


*Wartawan:*

Apa bentuk perizinan yang benar menurut regulasi Indonesia?

*Andri Yanto:*

Semua sudah sangat jelas di *Peraturan BAPETEN Nomor 1 Tahun 2022*.
Tahapannya ada lima:

1. *Izin Tapak*
2. *Izin Konstruksi*
3. *Izin Komisioning*
4. *Izin Operasi*
5. *Izin Dekomisioning*

Dan semua sifatnya *berurutan*. Tidak mungkin mengajukan Izin Operasi kalau Izin Tapak saja belum selesai. Ini yang sering disalahpahami.


*Wartawan:*

Jadi pernyataan bahwa Thorcon belum memiliki “tiga lisensi” itu tidak tepat?

*Andri Yanto:*

Tidak tepat—bahkan keliru secara regulasi.
Contohnya, *license to design* tidak ada dalam sistem perizinan kita. Yang ada adalah *Design Information Questionnaire (DIQ)*, itu pun baru diminta *saat pengajuan Izin Konstruksi*, bukan pada tahap evaluasi tapak seperti sekarang.

Begitu pula *license to construct* dan *license to operate* — keduanya *bukan sesuatu yang bisa dimiliki sekarang*, karena Thorcon *belum memasuki* tahap konstruksi. Mereka baru menyelesaikan *Evaluasi Tapak*.


*Wartawan:*

Bagaimana posisi Thorcon saat ini dalam proses perizinan?

*Andri Yanto:*

Thorcon sedang menjalankan *tahap pertama*, yaitu Izin Tapak.

• Pada *30 Juli 2025*, BAPETEN telah menyetujui *dokumen PET–SMET* sebagai dasar evaluasi tapak di Pulau Kelasa.
• Sekarang mereka masih melakukan *penelitian geologi, seismologi, lingkungan*, serta penyelesaian dokumen *AMDAL* dan *kesesuaian tata ruang*.

Setelah Izin Tapak keluar, barulah mereka bisa masuk ke *Izin Konstruksi*, *Komisioning*, dan seterusnya.

---

*Wartawan:*

Banyak warga bertanya: “Apakah PLTN benar-benar aman?” Bagaimana Anda menjawab ini?

*Andri Yanto:*

Jawabannya harus berdasarkan data, bukan perasaan.
*Data death per TWh* dari *Our World in Data* sangat jelas:

* Batubara: **24,6 kematian/TWh**
* Minyak bumi: **18,4**
* Biomassa: **4,6**
* Gas alam: **2,8**
* PLTA: **1,3**
* Angin: **0,04**
* Nuklir: **0,03**
* Surya: **0,02**

Jadi nuklir justru *lebih aman dari angin*, dan hampir setara surya.

Tiga kecelakaan nuklir besar memang ada—Three Mile Island, Chernobyl, Fukushima. Tetapi semua bentuk energi juga punya rekam jejak kecelakaan fatal. Secara statistik, nuklir tetap berada di kelompok *energi paling aman*.


*Wartawan:*

Jika begitu, apa manfaat terbesar PLTN bagi Bangka Belitung?

*Andri Yanto:*

Babel butuh *pembangkit baseload* yang besar, stabil, dan murah.
Saat ini, harga listrik tinggi menjadi salah satu penyebab Babel sulit menarik industri skala besar. Investasi akan ragu jika biaya energi tidak kompetitif.

Nuklir memberikan tiga keuntungan:

1. *Stabil dan besar* — cocok sebagai baseload.
2. *Bersih* — tidak menghasilkan emisi karbon.
3. *Harga kompetitif* — bisa menyamai bahkan mengalahkan PLTU batubara.

Potensi surya memang ada, tapi untuk skala industri, surya masih *mahal dan intermitten**—bukan solusi utama.

*Wartawan:*

Anda menyinggung soal sejarah Indonesia yang kerap mundur akibat kampanye ketakutan. Bisa dijelaskan?

*Andri Yanto:*

Salah satu contoh paling jelas adalah nasib *N-250 Gatotkaca*. Padahal pesawat itu pencapaian teknologi luar biasa. Tapi karena tekanan IMF pada era 1998, industri dirgantara dipaksa berhenti.

Indonesia kehilangan momentum besar.
Hal yang sama terjadi pada banyak sektor teknologi. Kita lebih sering menjadi *pasar*, bukan *penguasa teknologi*.

Karena itu, terhadap PLTN, saya ingin publik memiliki *mindset baru*:
rasa ingin tahu, bukan rasa takut.

*Wartawan:*

Apa pesan Anda bagi masyarakat Bangka Belitung, khususnya terkait rencana PLTN Thorcon 500?

**Andri Yanto:*

Kita sedang berada di persimpangan sejarah.
Kalau kita ingin Babel punya industri besar, tenaga kerja terserap, ekonomi tumbuh, maka energi adalah pondasinya. Dan nuklir adalah salah satu opsi terbaik yang kita miliki.

Thorcon masih panjang prosesnya—ada kajian, ada perizinan, ada pengawasan. Semua diawasi ketat oleh BAPETEN. Tidak ada ruang untuk kerja asal-asalan.

Mari melihat teknologi ini dengan *kepala dingin*, berbasis data, dan tidak terjebak narasi menakut-nakuti.

Kadang, kemajuan datang bukan karena kita berani mengambil risiko besar, tetapi karena kita berani **memahami apa yang selama ini kita takutkan*. (KBO Babel)

Baca Juga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama